Hmm..
pernahkah kalian bertanya dengan seseorang apa hobinya dan ia menjawab membaca?aku berani taruhan, dari sekitar seratus orang kebanyakan hanya segelintir saja yang akan menjawab membaca sebagai hobinya.Ya, mungkin karena mereka pikir membaca itu identik dengan orang berkaca mata dan tidak gaul.
Tapi yang jelas bahwa sanya membaca itu penting dan juga melatih otak kita agar bisa berpikir lebih maju lagi, sebab ilmu pengetahuan yang ada pada jaman sekarang sudah berkembang pesat dan tidak mungkin lagi pemikiran kita juga harus ikut berkembang.Nah berikut alasan 10 penulis untuk Membaca Buku :
• “Buku yang bagus akan
memberimu banyak pengalaman, dan sedikit saja kelelahan di saat akhir. Kau
menjalani beberapa kehidupan saat membaca.”
William Styron
• “Dalam peradaban
tertinggi, buku tetaplah puncak kegembiraan. Orang yang tahu seberapa besar
kepuasan yang didapatkannya dari buku-buku, akan memiliki sumberdaya untuk
menghadapi malapetaka."
Ralph
Waldo Emerson
• “Ada beberapa
tindakan yang lebih jahat ketimbang membakar buku. Salah satunya adalah tidak
membacanya.”
Joseph
Brodsky
• “Memiliki
kebiasaan membaca adalah membangun sendiri tempat berlindung dari hampir
seluruh penderitaan hidup.”
W.
Somerset Maugham
• “Setiap orang
yang tahu cara membaca memiliki kekuatan untuk memperbesar dirinya,
melipatgandakan jalan bagi keberadaannya, dan membuat kehidupannya utuh,
signifikan, dan menarik."
Aldous
Huxley
• “Membaca buku tak
ubahnya dengan tindakan menulis ulang buku itu bagi diri sendiri. Kau mengusung
ke dalam sebuah novel, apa pun novel yang kaubaca, semua pengalaman hidupmu.
Kau mengusung sejarahmu dan kau membacanya dalam konteksmu sendiri.”
Angela
Carter
• “Yang terkasih
sepanjang waktu, kawan paling kokoh bagi jiwa—BUKU.”
Emily
Dickinson
• “Kita tidak
memerlukan daftar benar dan salah, tabel tentang apa yang boleh dan yang
terlarang: kita membutuhkan buku-buku, waktu, dan kesunyian. Perintah dan
larangan akan segera dilupakan, tetapi cerita akan bertahan selamanya.”
Philip
Pullman
• “Membaca adalah
satu-satunya cara di mana kita bisa tergelincir, tanpa sadar, dan sering tak
berdaya, ke dalam kulit orang lain, suara orang lain, jiwa orang lain."
Joyce
Carol Oates
• “Saya pikir kita
hanya perlu membaca jenis-jenis buku yang sanggup melukai atau menusuk kita.
Jika buku yang kita baca tidak membangunkan kita dengan hantaman di kepala,
untuk apa kita membaca? Bukankah dengan demikian kita akan bahagia, manakala
kau menulis? Demi Tuhan, kita akan sangat bahagia jika tidak punya buku, dan
jenis buku yang membuat kita bahagia adalah yang kita tulis sendiri jika
diperlukan. Tapi kita memerlukan buku-buku yang mempengaruhi kita seperti
bencana, yang memberi kita kesedihan mendalam, seperti kematian seseorang yang
kita cintai melebihi cinta kita pada diri sendiri, seperti dicampakkan ke dalam
hutan jauh dari siapa pun, seperti tindakan bunuh diri. Sebuah buku semestinya
menjadi kapak bagi laut beku di dalam diri kita. Itulah keyakinan saya.”
Franz
Kafka
Dalam Kaidah Islam Membaca dapat Meningkat Ilmu
“Ilmu tanpa agama buta, agama
tanpa ilmu runtuh”
Kalimat diatas menjelaskan bahwa kita sebagai seorang muslim
haruslah mengetahui tentang ajaran-ajaran agama, terutama islam, karena ilmu
menjadi fondasi untuk bertaqwa kepada Allah. Dengan ilmu yang baik, kita dapat
membedakan mana yang harus dilakukan dan mana yang harus dihindari, mana yang
baik dan mana yang buruk, serta mana yang benar dan mana yang salah. Mencari
ilmu adalah wajib bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan.
Belajar ilmu agama islam tidak mengenal ruang dan waktu. Belajar
agama juga tidak mengenal umur, belajar agama dapat dimulai sejak anak-anak
sampai tua. Seperti diterangkan dalam hadits Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam
bahwa kita diperintahkan untuk menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahat.
Jadi menuntut ilmu tidak mengenal waktu/umur, apakah terlalu dini untuk
belajar, ataupun sudah terlambat, karena tidak ada kata terlambat untuk
menambah pengetahuan , apalagi pengetahuan tentang agama islam, dimana
pengetahuan tersebut akan bermanfaat tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat.
Menuntut ilmu agama islam juga tidak harus dengan mendatangi
para ulama ataupun ahli agama. Kita bisa mendapatkan ilmu dari mana saja, entah
itu dari membaca buku, mendengarkan radio/rekaman, ataupun dari menonton TV.
Terkait hal ini ada sebuah kisah tentang seorang anak yang memutuskan masuk
islam setelah membaca buku-buku agama islam.
Adalah Alexander Pertz dilahirkan dari kedua orang tua Nasrani
pada tahun 1990 M di Amerika. Sejak awal, ibunya telah memutuskan untuk
membiarkannya memilih agamanya jauh dari pengaruh keluarga atau masyarakat.
Begitu dia bisa membaca dan menulis maka ibunya menghadirkan untuknya buku-buku
agama dari seluruh agama, baik agama langit atau agama bumi. Setelah membaca
dengan mendalam, Alexander memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Padahal ia
tak pernah bertemu muslim seorangpun.
Dia sangat cinta dengan agama ini sampai pada tingkatan dia
mempelajari sholat, dan mengerti banyak hukum-hukum syar’i, membaca sejarah
Islam, mempelajari banyak kalimat bahasa Arab, menghafal sebagian surat, dan
belajar adzan.
Semua itu tanpa bertemu dengan seorang muslimpun. Berdasarkan bacaan-bacaan tersebut dia memutuskan untuk mengganti namanya yaitu Muhammad “Abdullah, dengan tujuan agar mendapatkan keberkahan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam yang dia cintai sejak masih kecil.
Semua itu tanpa bertemu dengan seorang muslimpun. Berdasarkan bacaan-bacaan tersebut dia memutuskan untuk mengganti namanya yaitu Muhammad “Abdullah, dengan tujuan agar mendapatkan keberkahan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam yang dia cintai sejak masih kecil.
Salah seorang wartawan muslim menemuinya dan bertanya pada bocah
tersebut. Namun, sebelum wartawan tersebut bertanya kepadanya, bocah tersebut
bertanya kepada wartawan itu, “Apakah engkau seorang yang hafal Al Quran ?”
Wartawan itu berkata: “Tidak. Namun sang wartawan dapat merasakan kekecewaan anak itu atas jawabannya.
Wartawan itu berkata: “Tidak. Namun sang wartawan dapat merasakan kekecewaan anak itu atas jawabannya.
Bocah itu kembali berkata , “Akan tetapi engkau adalah seorang
muslim, dan mengerti bahasa Arab, bukankah demikian?” Dia menghujani wartawan
itu dengan banyak pertanyaan. “Apakah engkau telah menunaikan ibadah haji?
Apakah engkau telah menunaikan umrah? Bagaimana engkau bisa mendapatkan pakaian
ihram? Apakah pakaian ihram tersebut mahal? Apakah mungkin aku membelinya di
sini, ataukah mereka hanya menjualnya di Arab Saudi saja? Kesulitan apa sajakah
yang engkau alami, dengan keberadaanmu sebagai seorang muslim di komunitas yang
bukan Islami?”
Setelah wartawan itu menjawab sebisanya, anak itu kembali
berbicara dan menceritakan tentang beberapa hal berkenaan dengan
kawan-kawannya, atau gurunya, sesuatu yang berkenaan dengan makan atau
minumnya, peci putih yang dikenakannya, ghutrah (surban) yang dia lingkarkan di
kepalanya dengan model Yaman, atau berdirinya di kebun umum untuk
mengumandangkan adzan sebelum dia sholat. Kemudian ia berkata dengan penuh
penyesalan, “Terkadang aku kehilangan sebagian sholat karena ketidaktahuanku
tentang waktu-waktu sholat.”
Anak tersebut tidak mengetahui apa yang membuat tertarik pada
islam. Yang dia ketahui adalah setiap kali dia menambah bacaannya tentang agama
islam, maka anak tersebut semakin bertambah kecintaannya terhadap Islam.
Saat ditanya tentang puasa Ramadhan, anak tersebut menceritakan
bahwa ia sudah bisa melakukannya secara sempurna, walaupun ia merasa kesulitan
untuk melakukannya pada awal puasa.
Anak itu bercita-cita untuk pergi ke Mekkah dan mencium Hajar
Aswad. Bahkan kata ibunya, banyak gambar-gambar Ka’bah yang telah memenuhi
kamarnya. Anak tersebut mengetahui bagaimana thawaf di sekitar Ka’bah dan
bagaimanakah haji sebagai sebuah lambang persamaan antar sesama manusia
sebagaimana Tuhan telah menciptakan mereka tanpa memandang perbedaan warna
kulit, bangsa, kaya, atau miskin.
Selain pergi ke Mekkah anak itu juga memiliki cita-cita agar
Palestina kembali ke tangan kaum muslimin. Ini adalah bumi mereka yang dicuri
oleh orang-orang Israel (Yahudi) dari mereka, katanya. Ibunya melihat kepadanya
dengan penuh keheranan. Maka diapun memberikan isyarat bahwa sebelumnya telah
terjadi perdebatan antara dia dengan ibunya sekitar tema ini. Bahkan dia
menyuruh ibunya untuk membaca sejarah, dan menjelaskan kepada ibunya bahwa
sungguh benar-benar telah terjadi perampasan terhadap Palestina. Serta
bercita-cita untuk bisa belajar bahasa Arab, dan menghafal Al Quran.
Dengan membaca, Muhammad Abdullah juga mengerti tentang makanan
yang dilarang oleh agamanya (Islam). Sebagai contoh ia tidak memakan daging
babi, ia berkata bahwa babi adalah hewan yang sangat kotor dan menjijikkan.
Keluarganya mengetahui bahwa dia tidak memakan daging babi, oleh karena itu
mereka tidak menghidangkannya untukku. Dan jika kami pergi ke restoran, maka
aku kabarkan kepada mereka bahwa aku tidak memakan daging babi.
“Apakah engkau sholat di sekolahan ?” Tanya wartawan.
“Ya, aku telah membuat sebuah tempat rahasia di perpustakaan yang aku shalat di sana setiap hari” jawab Muhammad.
“Ya, aku telah membuat sebuah tempat rahasia di perpustakaan yang aku shalat di sana setiap hari” jawab Muhammad.
Kemudian datanglah waktu shalat maghrib di tengah wawancara. Bocah
itu langsung berkata kepada wartawan,” Apakah engkau mengijinkanku untuk
mengumandangkan adzan?” Kemudian dia berdiri dan mengumandangkan adzan. Dan
tanpa terasa, air mata mengalir di kedua mata sang wartawan ketika melihat dan
mendengarkan bocah itu menyuarakan adzan.
Dari kisah tersebut, dengan belajar agama Islam dengan membaca
bukupun kita dapat mengetahui berbagai macam hal mengenai suatu pengetahuan,
dimana pengetahuan tersebut akan membawa manfaat, apalagi membaca pengetahuan
agama, tentunya banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh, sehingga akan
menambah iman dan taqwa kita. Karena buku adalah sumber ilmu.
Kita yang tinggal di negara dengan penduduk muslim yang banyak, seharusnya kita lebih bisa mendalami lagi tentang ilmu agama Islam. Kita akan lebih mudah untuk belajar agama islam, tentunya banyak buku-buku ataupun sumber lainnya untuk memambah pengetahuan tentang Islam, bahkan kita juga telah difasilitasi dengan banyaknya kegiatan-kegiatan agama yang gelar seperti kajian Islam, serta banyaknya ahli agama Islam yang mudah dijumpai disekitar kita, untuk ditanyai tentang masalah agama jika adanya masalah ataupun ketidakjelasan yang kita temui.
Kita yang tinggal di negara dengan penduduk muslim yang banyak, seharusnya kita lebih bisa mendalami lagi tentang ilmu agama Islam. Kita akan lebih mudah untuk belajar agama islam, tentunya banyak buku-buku ataupun sumber lainnya untuk memambah pengetahuan tentang Islam, bahkan kita juga telah difasilitasi dengan banyaknya kegiatan-kegiatan agama yang gelar seperti kajian Islam, serta banyaknya ahli agama Islam yang mudah dijumpai disekitar kita, untuk ditanyai tentang masalah agama jika adanya masalah ataupun ketidakjelasan yang kita temui.
Sekali lagi, mencari ilmu agama tidak harus bertatap muka dengan
para ahli agama. Kita bisa belajar agama Islam dari membaca buku/media lainnya.
Karena dengan membaca kita bisa mendapatkan ilmu-ilmu yang lebih lengkap dan
bervariasi. Para ahli agama Islam juga tentunya membaca buku/buku tentang agama
untuk bisa memiliki wawasan yang luas, yang kemudian dibagikan kepada kita
semua. Meskipun begitu, tetap ditekankan bahwa belajar dengan guru itu lebih
baik dan membuat kita lebih terjaga.
Dengan memiliki banyak ilmu agama, kita akan semakin dapat menjalan perintah-perintah Allah dengan baik, serta menjauhi larangan yang tentunya merugikan kita. Selain itu juga akan meningkatkan kecintaan kita terhadap Islam.
Dengan memiliki banyak ilmu agama, kita akan semakin dapat menjalan perintah-perintah Allah dengan baik, serta menjauhi larangan yang tentunya merugikan kita. Selain itu juga akan meningkatkan kecintaan kita terhadap Islam.
0 komentar: