Muhammad Hasan Basri

Laki-laki, 21 tahun

Lumajang, Indonesia

Banggalah pada dirimu sendiri, Meski ada yang tak Menyukai. Kadang mereka membenci karena Mereka tak mampu menjadi seperti dirimu.
::
Start
Windows 8 SM Zero
Shutdown

Navbar3

Search This Blog

Jumat, 21 Juni 2013

Pemanfaatan ICT ( Information and Communication Technology )



Pemanfaatan ICT
(Information and Communication Technology)
  Di Perpustakaan*

I. Pendahuluan
Sebagai makluk sosial, manusia membutuhkan sandang, pangan, dan papan, namun untuk berinteraksi di antara satu sama lainnya manusia perlu berkomunikasi. Komunikasi bisa dilakukan secara langsung (verbal) dan tidak langsung (non verbal). Untuk komunikasi tidak langsung, maka diperlukan alat-alat bantu. Mulailah manusia mencari alat atau sistem untuk saling berinteraksi, misal dengan gambar, lukisan, isyarat dengan tangan, isyarat bunyi, kemudian ditemukan kode huruf, kata, kalimat, dan tulisan. Perkembangan alat komunikasi terus berlanjut sampai ditemukan telepon dan internet yang kita kenal saat ini. Alat atau sistem komunikasi kemudian dikenal dengan sebutan Teknologi Informasi atau  lebih dikenal dengan istilah IT.
Di era globalisasi ini memungkinkan banyaknya akses untuk mencari informasi dari segala penjuru dunia. Salah satunya adalah melalui perpustakaan. Dengan adanya perpustakaan kita dapat mencari, mengolah ataupun menyimpan data, yang kini telah berkembang dalam bentuk digital, atau yang dikenal dengan perpustakaan digital.
Teknologi informasi atau Information and Communication Technology (ICT) telah membawa perubahan dalam berbagai sektor, termasuk perpustakaan. Perubahan penting dan mendasar bagi pengelolaan perpustakaan, baik dalam memberikan layanan maupun dalam menjalin hubungan antar lembaga, unit atau institusi.
 Terjadinya perubahan pola pikir tentang perpustakaan, yaitu penyediaan koleksi yang dimiliki ke arah konsep “tidak harus memiliki” akan tetapi dapat “memberikan informasi”, telah menjadikan jalinan kerjasama antar perpustakaan dalam menampilkan koleksi yang dapat memudahkan penyampaian informasi, semakin mudah untuk diwujudkan, apalagi dengan adanya ICT. Maka konsep gedung yang besar dan mewah serta banyaknya koleksi bukan merupakan sesuatu yang ideal lagi.
Oleh karena itu pengembangan perpustakaan yang berbasis ICT atau teknologi informasi dan komunikasi bagi tenaga pengelola perpustakaan, dapat membantu pekerjaan di perpustakaan melalui fungsi sistem otomasi perpustakaan, sehingga proses pengelolaan perpustakaan lebih efektif dan efisien.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai pemanfaatan sistem teknologi informasi dan komunikasi yang berbasis ICT, khususnya teknologi komputer di perpustakaan, yang berfungsi mengontrol sistem administrasi layanan secara terkomputerisasi. Sedangkan bagi pengguna perpustakaan, dapat membantu mencari sumber-sumber informasi yang diinginkan dengan menggunakan katalog on-line yang dapat diakses melalui intranet maupun internet.

II. Pengertian Information Communications Technologies (ICT).
·                 Informasi
Menurut  Budi Sutedjo (2002:168) dan Rahayuningsih, Rochaety, Yanti, (2006:4).  Informasi merupakan pemrosesan data yang diperoleh dari setiap elemen sistem menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan dan dibutuhkan, dimana  Informasi itu sendiri merupakan pernyataan yang menjelaskan suatu peristiwa  sehingga manusia dapat membedakan antara satu dengan yang lainnya.


  • Teknologi Informasi
Menurut (Main, 2008) TI dapat diartikan sebagai teknologi yang digunakan untuk menyimpan, menghasilkan, mengolah serta menyebarkan informasi. Teknologi Informasi  atau IT (Information Technology) merupakan mata rantai dari perkembangan SI (Sistem Informasi).  Kalau dilihat dari susunan kata, yakni kata teknologi dan informasi, maka teknologi informasi dapat diartikan sebagai hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari pengirim ke penerima.

·         Information Communications Technologies (ICT)
 Di The Dictionary of Computers, Information Processing and Telecommunications (Hariyadi, 1993: 253, dalam Ardroni),  teknologi informasi diberi batasan sebagai teknologi pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebaran berbagai jenis informasi dengan memanfaatkan komputer dan telekomunikasi yang lahir karena “... adanya dorongan-dorongan kuat untuk menciptakan teknologi baru yang dapat mengatasi kelambatan manusia mengolah informasi..."


·         Manfaat  ICT di Dunia Perpustakaan
Hampir sebagian kehidupan kita dikelilingi oleh teknologi informasi baik yang sederhana maupun yang canggih. Saat kita ingin menyampaikan pesan yang sangat penting ke tempat yang jauh, tak terbayangkan bila informasi tersebut harus kita sampaikan dengan daun lontar atau dikirim melalui burung merpati pos. Penggunaan telepon sangat memudahkan kita untuk menyampaikan informasi sepenting apapun dalam waktu yang singkat apalagi dengan perkembangan telepon genggam  dengan fitur dan kelengkapan fungsi yang semakin beragam.
Perpustakaan dengan berbagai ciri khas dan kemampuannya dalam mengelola informasi, mempunyai  alasan  tersendiri mengapa perpustakaan perlu menggunakan ICT sebagai alat bantu, di antaranya:

1. Sistematika informasi : terjadinya ledakan informasi yang membanjiri dunia saat ini membutuhkan pengelolaan yang lebih sistematis. Hampir semua Perguruan Tinggi di Indonesia menggunakan ICT dalam pengelolaan data base perpustakaan.

2. Tingginya akses informasi: kebutuhan pengguna untuk mencari dan menemukan kembali informasi lebih mudah jika difasilitasi dengan sarana ICT . Katalog online memungkinkan pustakawan dan pengguna untuk mendapatkan informasi dari berbagai sumber. Sudah menjadi hal yang lumrah untuk menyusun pengajuan daftar pustaka baru dengan mengunjungi dan menggunakan data-data di  http://www.amazon.com

3. Efisiensi pekerjaan: komputer di perpustakaan membantu pekerjaan menjadi lebih cepat. Pencatatan buku-buku baru serta pengolahan akan lebih mudah jika disimpan dalam berkas komputer. Pengkatalogan tidak hanya dengan DDC atau AACR juga bisa secara online ke http://www.bl.uk

4. Memudahkan tukar-menukar informasi dalam bentuk data. Katalog induk yang disusun Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Jawa Barat sudah on-line di http://cobian.lib.itb.ac.id/fpptjabar/

5. Salinan data atau informasi yang dibuat dapat diseragamkan sehingga memudahkan pengguna (user friendly). Konsep MARC yang populer tahun 90an masih digunakan dalam rangka menyeragamkan penentuan tag (ruas) data bibliografi pustaka.

6. Penyajian informasi dan data yang menarik, sekaligus sebagai promosi perpustakaan. Tampilan informasi di http://www.lib.itb.ac.id merupakan  upaya dalam rangka promosi perpustakaan dengan penampilan  data yang bervariasi.

7. Pengguna dapat belajar dan mencari sendiri informasi yang dibutuhkan dengan bantuan sarana ICT, khususnya komputer.

·         Dampak Penggunaan  ICT
Kehadiran ICT di perpustakaan, selain menguntungkan juga berdampak  sampingan di antaranya:
§ Dapat menimbulkan pengangguran: penggunaan komputer  bertujuan  memperingan dan mempercepat pekerjaan, sehingga terjadi efisiensi pekerjaan  karena beban kerja yang berkurang.
§ Hak pribadi : kemungkinan adanya penyalahgunaan data untuk kepentingan pribadi. Adanya peluang untuk memindahkan data yang tadinya milik pribadi atau rahasia, dapat diakses oleh orang lain. Data di http://ftpsearch.itb.ac.id dengan mudahnya dapat diakses dan didownload untuk kepentingan kantor atau pribadi.
§ Hak cipta : perlindungan hak cipta seseorang sulit diwujudkan. Sebuah karya atau kumpulan data dapat dengan mudah dikopi dan dimiliki oleh orang lain tanpa seizin pemiliknya. Terlebih jika bertujuan untuk mencari keuntungan pribadi. Ceramah-ceramah ramadan dengan mudahnya kita dapatkan di situs  http://www.pesantrenvirtual.com
§ Data tidak dapat diakses: ketergantungan pada komputer menimbulkan kelemahan bila listrik mati atau komputer terserang virus, maka data tidak dapat diakses.
Fenomena pemadaman listrik akhir-akhir ini, bukan sekedar menghambat akses data, tetapi juga menimbulkan ”pengangguran”  selama listrik mati.
                      Serangan virus ”brontok” dan turunanya menjadikan data dan folder 
            sulit di akses kembali.
§ Menghambat pekerjaan : ketidakmampuan dan ketidakmauan pustakawan dalam menguasai teknologi dapat menimbulkan kendala dan memunculkan anggapan bahwa teknologi justru menghambat pekerjaan.

III. Implementasi Pemanfaatan ICT  di Perpustakaan.
Implementasi ICT di perpustakaan perlu direncanakan secara matang karena memerlukan pendanaan yang tidak murah, apalagi perkembangan  teknologi khususnya komputer terus berubah dengan sangat cepat. Hal ini untuk mengantisipasi kinerja aplikasi ICT dapat dioptimalkan. Kesia-siaan dapat terjadi karena perencanaan yang kurang baik yang dapat mengakibatkan   pemborosan.
Beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan dalam rangka penerapan ICT pada perpustakaan, yakni:
·             Adanya dukungan dari semua pihak terutama pimpinan.
·   Aplikasi ICT tidak hanya instalasi sistem, tetapi mengisi data dan 
    menjalankan sistem, maka perlu adanya kesinambungan pekerjaan yang 
    dilakukan pustakawan.
·             Perawatan (maintenance) harus menjadi bagian dari aplikasi ICT.
·     Penyiapan sumber daya pustakawan dalam berbagai unit kerja di perpustakaan, terutama pembekalan keterampilan IT untuk pustakawan.
·     Infrastruktur pendukung seperti listrik, ruang/gedung, furniture, desain interior.
·     Ketersediaan Jaringan komputer.
·     Profil pengguna perpustakaan perguruan tinggi relatif seragam, sehingga sosialisasi aplikasi ICT lebih mudah.

Adapun penerapan teknologi informasi di perpustakaan dapat difungsikan dalam bentuk:
1. Automasi Perpustakaan: Konsep  Sistem Informasi Manajemen (SIM) perpustakaan, yang menekankan aplikasi ICT antar sub sistem  informasi perpustakaan pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, sirkulasi, pengelolaan anggota, dan statistik  dalam bentuk terintegrasi. Model otomasi perpustakaan di http://otomasi.lib.itb.ac.id merupakan model dengan studi kelayakan yang cukup panjang.
2. Perpustakaan Digital : Penerapan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan dan menyebarluaskan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi  lokal secara full text dalam format digital seperti tugas akhir (skripsi, tesis, disertasi), laporan penelitian, artikel majalah ilmiah, dapat dilihat di http://digilib.itb.ac.id
 3. Publikasi e-books  :  Publikasi  buku elektronik untuk kepentingan lokal (internal), dimaksudkan untuk kemudahan dalam pencarian dan mendapatkan kembali secara utuh sesuai dengan format aslinya. Koleksi berupa buku lokal atau buku  terbitan asing dapat dilihat di  http://e.lib.itb.ac.id.
                Buku Sekolah Elektronik (BSE) terbitan DIKNAS, dapat didownload pada alamat http://www.diknas.info/category/bse-sd. Bentuk koleksi *.pdf dipublikasikan secara bebas dalam rangka mendukung buku murah. Buku-buku tersebut telah dibeli hak ciptanya oleh DIKNAS..

Ketiga fungsi penerapan teknologi informasi ini dapat terpisah maupun terintegrasi dalam suatu sistem informasi, tergantung dari kemampuan software yang digunakan, sumber daya manusia, dan infrastruktur peralatan teknologi informasi yang mendukung ketiganya.
Hal-hal tersebut di atas akan menentukan sejauh mana penerapan ICT di perpustakaan dapat berjalan dengan baik, khususnya pada unit layanan perpustakaan.
Penerapan ICT dalam bidang layanan perpustakaan ini dapat dilihat dari beberapa hal:

·         Peranan Katalog 
Katalog manual atau elektronik merupakan jantung sebuah sistem perpustakaan. Katalog memuat keterangan singkat atau wakil dari suatu dokumen. Sistem katalog yang dirancang dengan baik merupakan  kunci keberhasilan penerapan automasi perpustakaan.
Hasil katalog terkomputerisasi dapat diakses melalui Online Public Access Catalogue (OPAC) atau dalam bentuk Katalog Induk (Unions Catalogue), sebagai contoh adalah http://isisonline.lib.itb.ac.id. Pangkalan data katalog terpasang berangsur-angsur akan menggantikan katalog kartu, microfiche atau daftar buku.

·         Sirkulasi
Penerapan ICT dalam bidang layanan sirkulasi dapat meliputi banyak hal di antaranya adalah layanan peminjaman dan pengembalian, statistik pengguna, administrasi keanggotaan, dll.
Teknologi saat ini sudah memungkinkan adanya self-services dalam layanan sirkulasi melalui fasilitas barcoding dan RFID (Radio Frequency Identification). Implementasi RFID  bidang perpustakaan, masih tergolong  baru. Oleh karena itu, implementasi RFID ini akan memberikan nilai ekslusivitas. Selain itu, akan mewujudkan revolusi dalam manajemen perpustakaan modern. RFID memberikan keunggulan yang signifikan bila dibandingkan dengan teknologi barcode dan tag anti pencurian. Keunggulan utamanya adalah pada meningkatnya kualitas pelayanan serta penghematan biaya operasional tenaga  perpustakaan.

·         Jurnal / Majalah / Berkala
           Pengguna layanan jurnal, majalah, dan berkala akan sangat terbantu apabila perpustakaan mampu menyediakan kemudahan dalam mengakses  jurnal-jurnal elektronik, baik itu yang diakses dari database lokal, global maupun yang tersedia dalam format Compact Disk.
Pembuatan kliping elektronik (E-Klip ITB) berbasis CD ROM, merupakan upaya pengumpulan dan pengelolaan artikel-artikel dari majalah dan surat kabar cybermedia. Bahkan silang layan dan layanan penelusuran informasipun bisa dimanfaatkan oleh pengguna dengan bantuan teknologi informasi seperti internet.
Ketersediaan jurnal elektronik, salah satunya adalah  proquest  http://proquest.umi.com/login (Purwono,2008) yang menyediakan artikel full text lebih dari 4000 jurnal, suratkabar dan majalah. Cakupan isi terbitan yang tersedia meliputi 10 s.d 20 tahun ke belakang, dan hasil penelusurannya dalam bentuk   full text , html, pdf. Proquest dapat diakses baik melalui intranet http://www.proquest.com/pqdauto tanpa  menggunakan password, maupun melalui internet http://www.proquest.com/pqdweb  dengan menggunakan password yang berganti setiap bulan.


·         Peran Internet
Orang sudah tidak asing lagi untuk menggunakan internet dalam kehidupannya. Untuk itu perpustakaanpun harus dapat memberikan layanan melalui media ini. Melalui media web, perpustakaan memberikan informasi dan layanan kepada penggunanya. Selain itu, perpustakaan juga dapat menyediakan akses internet baik menggunakan computer station maupun WIFI. Access Poin Cyberlib yang tersedia di perpustakaan pusat ITB, dapat digunakan pengguna sebagai bagian dari layanan yang diberikan oleh perpustakaan.
Perpustakaan juga bisa menggunakan fasiltas web-conferencing untuk memberikan layanan secara interaktif kepada pengguna perpustakaan. Web-Conferencing ini dapat juga dimanfaatkan oleh dosen dalam rangka kuliah jarak jauh. Awal tahun 2008, perpustakaan ITb mendapat hibah peralatan Tele Conference dari keduataan Amerika.
OPAC atau Online Catalog merupakan bagian penting dalam sebuah perpustakaan, untuk itu perpustakaan perlu menyediakan akses yang lebih luas baik itu melalui jaringan lokal, internet maupun intranet,
Registrasi online di http://or.itb.ac.id sudah mejadi bagian layanan di perpustakaan pusat ITB.

·         Keperluan Pengguna
Pustakawan harus dapat melayani keperluan pengguna seperti permintaan dengan akses yang lebih cepat ke informasi yang diperlukan dari dalam maupun luar perpustakaan. Dengan begitu, diharapkan agar para pustakawan mahir dalam penggunaan teknologi informasi sehingga mereka dapat membantu pengguna perpustakaan dalam menemukan informasi yang diperlukan.


·         Keamanan
Teknologi komunikasi dan informasi juga dapat digunakan sebagai alat untuk memberikan kenyamanan dan keamanan dalam perpustakaan, dari tangan-tangan jahil dengan fasilitas semacam gate keeper, security gate, CCTV dan lain sebagainya. 

·         Pengadaan
Bagian Pengadaan juga sangat terbantu dengan adanya teknologi informasi ini. Selain dapat menggunakan ICT untuk melakukan penelusuran koleksi-koleksi perpustakaan yang dibutuhkan, bagian ini juga dapat memanfaatkan ICT untuk menampung berbagai ide dan usulan kebutuhan perpustakaan oleh pengguna. Kerjasama pengadaan juga lebih mudah dilakukan dengan adanya ICT ini.

·         Kesiapan Pustakawan:
1.    Keahlian diri
Menurut Ahmad (2001), pustakawan adalah mitra intelektual yang memberikan jasanya kepada pengguna. Kemampuan tentang komputer saja tidaklah cukup untuk mencapai sukses, karena itu dibutuhkan keahlian diri yang cukup yaitu:
1. Pemecahan masalah (kreatif, pencair konflik);
2. Etika (diplomatis, jujur, profesional);
3. Terbuka (fleksibel, berwawasan bisnis, berpikir positif);
    4. Penutur dan pendengar yang baik (ketrampilan berkomunikasi lisan   
    dan  mendengarkan, penuh perhatian)
5. Kepemimpinan (bertanggung jawab dan mempunyai motivasi);
6. Berminat belajar (haus akan pengetahuan dan perkembangan).

2.    Berpikir positif
Pustakawan diharapkan menjadi orang yang berpengetahuan di atas rata-rata, juga sebagai seseorang yang selalu berpikiran positif, sehingga jika dihadapkan pada pekerjaan besar, harus mampu mengerjakan pekerjaan tersebut.


3.    Nilai Tambah Pribadi
Pustakawan tidak cukup hanya pandai dalam mengatalog, mengindeks, mengadakan bahan pustaka dan pekerjaan rutin lainnya, tetapi di era global ini pustakawan harus mempunyai nilai tambah. Misalnya sebagai navigator yang ahli dalam pencarian informasi. Dengan nilai tambah yang dikembangkan melalui pengalaman dan pelatihan, pustakawan dapat memberikan pemanduan pencarian informasi di internet seakurat mungkin. Hal ini tentu akan memuaskan pengguna perpustakaan. Kepuasan pengguna itu sangat mahal bagi dirinya maupun bagi perpustakaan dimana ia bekerja.

4.    Berwawasan Kewirausahaan
 Seyogyanya pustakawan dapat bertindak cepat untuk menambah wawasan dalam bidang kewirausahaan, agar dalam perjalanan sejarah keprofesiannya nanti dapat bertahan bahkan berkembang. Perpustakaan bukan masanya lagi menjadi unit cost di suatu institusi, melainkan dapat menjadi unit income. Paradigma lama bahwa Perpustakaan hanya pemberi jasa atau amalan baik (charity) harus segera ditinggalkan, karena berjasa atau beramal dapat digabungkan dengan berbisnis.


5. Kerja Tim
Di dalam era global saat ini tidak ada satupun profesi yang terkucil sendiri, akan tetapi perkembangan teknologi telah menawarkan kesempatan unik untuk bekerjasama lintas disiplin dengan profesional lainnya. Misalnya, pakar komputer yang bertanggung jawab pada pusat computer; pakar teknologi yang bertanggung pada infrastruktur teknologi, jaringan dan aplikasi; pakar informasi (pustakawan) yang mempunyai kemampuan dan pengalaman untuk mengorganisasi pengetahuan dalam sistem dan struktur yang memfasilitasi penggunaan sumber informasi dan pengetahuan, dapat tergabung dalam sebuah teamwork. Diharapkan dengan team work, berbagai tekanan yang muncul di era industri informasi saat ini dapat dipecahkan.


IV. Penutup

·         Implementasi ICT dalam layanan perpustakaan dari waktu ke waktu akan terus berkembang sesuai dengan tuntutan. Baik tuntutan selaku pengelola (pustakawan) maupun sebagai pengguna (user) informasi.
·          ICT memberikan kemudahan kepada pengguna untuk mengakses informasi lintas batas (transborder data-flow), yang tidak dibatasi oleh  batas negara, ruang dan waktu. 
·         ICT memberikan kemudahan bagi pengelola informasi untuk mengolah, menyimpan dan menyebarkannya secara cepat dan tepat.
·         ICT menjadi sarana membangun perpustakaan berbasis teknologi yang kehadirannya tidak bisa dihindari.
·         ICT seperti juga teknologi lainnya merupakan alat bantu manusia untuk mencapai tujuan, maka optimasi dan antisipasinya perlu disikapi secara terencana.
·         ICT sebagai sarana terbentuknya jaringan teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan, akan memberikan akses yang besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.


* ditulis oleh Drs. Mahmudin, S.IP, disampaikan pada .......di Comlabs ITB, 24 Oktober 2008.


Daftar Pustaka


Ardoni, (2005), Teknologi Informasi: Kesiapan Pustakawan Memanfaatkannya”, Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi”, Vol.1, No.2, USU Repository ©  Halaman 32.

Arif, I. (2003), “Konsep dan Perencanaan dalam Automasi Perpustakaan”, Makalah Seminar dan Workshop Sehari “ Membangun Jaringan Perpustakaan Digital dan  Otomasi Perpustakaan menuju Masyarakat Berbasis Pengetahuan UMM 4 Oktober 2003.




Lesmono, D. dan Samopa, F. (2005), Perancangan Dan Pembuatan Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis Web Dengan Menggunakan ASP dan SQL Server: Studi Kasus Ruang Baca FTIF, Seminar Tugas akhir.

Ma’in, Abdul M, (2008) ”Teknologi Informasi dalam Sitem Jaringan Perpustakaan Perguran Tinggi”, IAIN Sunan Ampel Surabaya

Rochaeti, E., Rahayuningsih, Pontjorini dan Yanti,G.P., (2006),  Sistem Informasi Manajemen Pendidikan”, Jakarta: Bumi Aksara.

Read More --►

e-Learning


Dalam materi perkulihan kita pernah mendengar tentang masalah E-Learning,di sini saya selaku mahasiswa yang telah mempelajari materi ini memberikan kemudahan tentang apa saja yang telah di reformulasikan pada materi perkuliahan saya kemarin.



BAB I
PENDAHULUAN

a.   Latar Belakang Masalah
Dulu mungkin kita berpikir bahwa belajar harus dalam ruang kelas. Dengan kondisi dimana guru atau dosen mengajar di depan kelas sambil sesekali menulis materi pelajaran di papan tulis. Beberapa puluh tahun yang lalu pun juga telah dikenal pendidikan jarak jauh. Walaupun dengan mekanisme yang dibilang cukup “sederhana” untuk ukuran sekarang, tetapi saat itu model tersebut sudah dapat membantu orang-orang yang butuh belajar atau mengenyam pendidikan tanpa terhalang kendala geografis. Memang kita akui, sejak ditemukannya teknologi internet, hampir “segalanya” menjadi mungkin. Kini dapat belajar tak hanya anywhere, tapi sekaligus anytime dengan fasilitas yang ada.
Seiring dengan perubahan paradigma pembelajaran, maka keberhasilan kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi tidak hanya ditentukan oleh faktor pengajar/dosen, melainkan sangat dipengaruhi oleh keaktifan mahasiswa. Kurikulum baru tahun 2004 mempertegas bahwa proses pembelajaran harus berpusat pada peserta belajar, pengajar bukan sebagai satu-satunya sumber belajar atau sumber informasi, melainkan berperan sebagai fasilitator, dinamisator, dan motivator dalam pembelajaran. Dalam perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar (pendidikan) berbasis TI menjadi tak terelakkan lagi. Komunikasi yang saat ini terjadi yakni teknologi sebagai media pendidikan  dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Konsep yang kemudian terkenal yaitu dengan sebutan E-Learning, ini membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara isi (content) dan sistemnya. Saat ini konsep e-learning sudah banyak diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasie-learning di lembaga pendidikan (sekolah, training dan universitas) maupun industry (Cisco, IBM, Oracle, dsb).
Bergabagi pengertian tentang e-learning saat ini sebagian besar megacu pada pembelajaran yang menggunakan teknologi internet. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan muridnya. Demikian pula murid dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya yang biasa disebut e-learning yang bisa terhubung dengan menggunakan komputer atau internet. Melalui internet mahasiswa dapat mengakses berbagai literatur dan referensi ilmu pengetahuan yang dibutuhkan dengan cepat, sehingga dapat mempermudah proses studinya. Ini adalah satu bentuk produk TIK dalam internet  yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi.
Dikatakan oleh Darin E. Hartley bahwa: e-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain.  Hal senada juga diungkapkan LearnFrame.Com dalam Glossary of e-learning Terms [Glossary, 2001] menyatakan suatu definisi yang lebih luas bahwa: e-learning adalah system pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaringan komputer maupun komputer stand alone. Oleh karena itu,dalam perkembangan internet ditemukan, alat-alat tersebut sudah terlebih dulu digunakan sebagai media pembelajaran statis maupun interaktif. Mahasiswa bisa menggunakan tape recorder untuk merekam ceramah dosen di kelas untuk didengarkan dilain waktu. Dosen juga menggunakan OHP untuk mempresentasikan materi kuliahnya kepada mahasiswa sehingga hanya menuliskan materi di papan tulis seperlunya saja. Dosen juga dapat memberikan salinan dokumen materi kuliah dan referensi dalam bentuk CDROM kepada mahasiswanya untuk dipelajari dirumah. Media-media elektronik tersebut sangat membantu mahasiswa agar bisa lebih menguasai materi kuliah.
Dari pengertian yang disampaikan, sebenarnya pembelajaran menggunakan teknologi internet memiliki karakteristik – karakteristik khusus. Karakteristik-karakteristik tersebut yang menjadikan berbeda dengan media elektronik lainnya. media elektronik lain hanya sebagai alat bantu pembelajaran yang bersifat pasif. Penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana mahasiswa telah memanfaatkan teknologi internet sebagai sumber belajar yang mendukung proses belajarnya di bangku kuliah.

b.   Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber belajar, antara lain: optimalisasi pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar, pemenuhan koleksi buku-buku yang tersedia di perpustakaan, pemanfaatan internet sebagai sumber belajar, serta pemanfaatan sumber daya lingkungan sebagai sumber belajar.

c.    Rumusan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan yang akan diteliti, maka masalah tersebut dirumuskan sebagai berikut :
1.    Apakah mahasiswa telah memanfaatkan internet sebagai sumber belajar ?
2.    Alasan apa yang memotivasi mahasiswa memanfaatkan internet sebagai sumber belajar ?
3.    Faktor apa sajakah yang mendukung dan menghambat mahasiswa untuk memanfaatkan internet sebagai sumber belajar.
d.   Hipotesis
Dalam permasalahan yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber belajar dalam proses pembelajaran, penelitian ini hanya membatasi pada masalah pemanfaatan internet sebagai sumber belajar oleh mahasiswa dan dapat mambantu dosen tidak repot dengan kotornya spidol saat menulis di papan tulis serta mahasiswa dapat dengan mudah menggandakan slide tanpa susah mencatat. Selain itu dosen maupun mahasiswa juga akan terbiasa mengoperasikan perangkat komputer tersebut, sehingga tidak ada lagi istilah guru gaptek (Gagap Teknologi) maupun siswa gaptek.
                                    
e.   Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan proposal ini untuk mendeskripsikan pembelajaran berbasis internet pada mahasiswa dalam perkembangan teknologi masa kini dengan memprioritaskan ke unggulan teknologi yang berkaitan dalam proses belajar mengajar.

f.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1.    Bagi mahasiswa, untuk lebih meningkatkan pemanfaatan teknologi internet sebagai sumber belajar, sehingga mempercepat masa studinya.
2.    Bagi program studi, sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan program kerja yang berkaitan dengan fasilitas sumber belajar.
3.    Bagi peneliti, sebagai dorongan untuk lebih meningkatkan penguasaan teknologi informasi sehingga dapat memperbaiki kemampuan dalam mengajar.








































BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1        Internet
2.1.1        Pengertian Internet
            Internet adalah kependekan dari inter-network. Secara harfiah mengandung pengertian sebagai jaringan komputer yang menghubungkan beberapa rangkaian . Jaringan internet juga didefinisikan sebagai jaringan komputer yang mampu menghubungkan komputer di seluruh dunia sehingga berbagai jenis dan bentuk informasi dapat dikomunikasikan antar belahan dunia secara instan dan global.   Selain kedua pengertian di atas, internet juga disebut sebagai sekumpulan jaringan komputer yang menghubungkan situs akademik, pemerintahan, komersial, organisasi, maupun perorangan. Internet menyediakan akses untuk layanan telekomunikasi dari sumber daya informasi untuk jutaan pemakainya yang tersebar di seluruh dunia. Layanan internet meliputi komunikasi langsung (e-mail, chat), diskusi (usenet news, milis, bulletin board), sumber daya informasi yang terdistribusi (World Wide Web, Ghoper), remote login dan lalu lintas file (Telnet, FTP), serta berbagai layanan lainnya
. Mengutip apa yang dikatakan Kadir (2003), secara garis besar, teknologi informasi memiliki peranan : 1) dapat menggantikan peran manusia, dalam hal ini dapat melakukan otomasi terhadap tugas atau proses; 2) memperkuat peran manusia, yakni dengan menyajikan informasi terhadap suatu tugas dan proses; 3)  berperan dalam restrukturissi terhadap peran manusia, dalam melakukan perubahan-perubahan terhadap kumpulan tugas dan proses. Dalam rana lainnya Rosenberg menyatakan (2001), dengan berkembangnya penggunaan  TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan  dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Pada blue print TIK Depdiknas, setidak-tidaknya disebutkan ada tujuh fungsi TIK dalam pendidikan, yakni sebagai sumber belajar, alat bantu belajar, fasilitas pembelajaran, standard kompetensi, sistem administrasi, pendukung keputusan, sebagai infrastruktur.
Sementara itu, kamajuan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat yang menawarkan berbagai kemudahan – kemudahan baru dalam pembelajaran memungkinkan terjadinya pergeseran orientasi belajar dari outside-guided menjadi selfguided dan dari knowledge-as-possesion menjadi knowledge-as-construction. Lebih dari itu, teknologi ini ternyata turut juga memainkan peran penting dalam pemperbaharui konsepsi pembelajaran yang semula focus pada pembelajaran sebagai semata – mata suatu penyajian berbagai pengetahuan menjadi pembelajaran sebagai suatu bimbingan agar mampu melakukan eksplorasi social budaya yang kaya akan pengetahuan. Media ini sangat efektif dalam upaya update informasi dan mencari trasferan ilmu pengetahuan bagi seorang pendidik. Gaptek adalah sebutan yang tepat bagi pendidik yang tidak mampu mengoperasikan computer dan tidak tahu dengan internet, padahal di dunia maya—internet tersebut banyak sekali yang bisa dididapatkan. Informasi di internet sangat lengkap, dari yang bertaraf nasional hingga internasional semua ada disini.
Secara umum dapat dikatakan bahwa internet adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan saling hubungan antar jaringan-jaringan komputer yang sedemikian rupa sehingga memungkinkan komputer-komputer itu berkomunikasi satu sama lain.

2.1.2        Bentuk Internet
Kekayaan informasi yang sekarang tersedia di internet  telah lebih mencapai harapan dan bahkan imajinasi para penemu sistemnya. Melalui internet dapat diakses sumber-sumber informasi tanpa batas dan aktual dengan sangat cepat. Adanya internet memungkinkan seseorang di Indonesia untuk mengakses perpustakaan di Amerika Serikat dalam bentuk Digital Library. Sudah banyak pengalaman tentang kemanfaatan internet dalam penelitian dan penyelesaian tugas akhir mahasiswa. Tukar menukar informasi atau tanya jawab dengan pakar dapat juga dilakukan melalui internet. Tanpa teknologi internet banyak tugas akhir dan thesis atau bahkan desertasi yang mungkin membutuhkan waktu lebih banyak untuk menyelesaikannya.
Pemamfaatan teknologi informasi dan kominakasi (TIK/ICT) dalam pembelajaran saat ini terus berkembang. Bahan belajar merupakan elemen penting dalam pememfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran. Untuk itu, maka kemampuan seorang guru dalam mengembangkan bahan belajar berbasis web menjadi sanagt penting. Bahan ajar adalah segala bentuk conten baik teks, audio, foto, video, animasi, dll yang dapat digunakan untuk belajar. Ditinjau dari subjeknya , bahan ajar dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yakni bahan ajar yang sengaja di rancang untuk belajar dan bahan yang tidak di rancang namun dapat dimamfaatkan untuk belajar. Dalam aktivitas yang kita lakukan banyak kegiatan berbasis intenet yakni: e-business dan e-commerce,e-learning,e-news,e-office,e-phone,dsb.

2.2     e-learning
2.2.1 Pengertian e-learning
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran,contohnya saja e-learning. e-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain. Pengertian e-learning yang sederhana namun mengena E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer.
Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar, (3) memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional. Pernah dikatakan oleh Maryati S.Pd., e-learning terdiri dari dua bagian yaitu “e-“ yang merupakan singkatan dari elektronika dan learning yang berarti pembelajaran. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat computer.Hal senada juga pernah di ungkapkan Cambell (2002), Kamarga (2002) yang intinya menggunakan media internet dalam pendidikan sebagai hakikat e-learning.
Dalam penjelasan di atas oleh beberapa peneliti terdapat kata “khususnya komputer” pada akhir kalimat yang memberi pengertian bahwa komputer termasuk alat elektronik disamping alat pembelajaran elektronik yang lain. Pada saat ini e-learning telah berkembang dalam  berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti:  CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb. Untuk itu, bahan ajar e-learning adalah segala bentuk conten baik teks, audio, foto, video, animasi, dll yang dapat digunakan untuk belajar. Ditinjau dari subjeknya , bahan ajar dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yakni bahan ajar yang sengaja di rancang untuk belajar dan bahan yang tidak di rancang namun dapat dimamfaatkan untuk belajar.

2.2.2 e-learning sebagai Media Belajar
Dalam kawasan teknologi instruksional, sumber belajar pada dasarnya merupakan komponen teknologi instruksional, yang disebut dengan istilah “Komponen Sistem Instruksional”. Teknologi instruksional adalah proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar-mengajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi instruksional, pemecahan masalah itu berupa komponen sistem instruksional yang telah disusun terlebih dahulu dalam proses desain atau pemilihan dan pemanfaatan, dan disatukan ke dalam sistem instruksional yang lengkap, untuk mewujudkan proses belajar yang terkontrol dan berarah tujuan, yang komponennya meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar (Setijadi, 1986:3).
Mudhofir (1992:13) menyatakan bahwa yang termasuk sumber belajar adalah berbagai informasi, data-data ilmu pengetahuan, gagasan-gagasan manusia, baik dalam bentuk bahan-bahan tercetak (misalnya buku, brosur, pamlet, majalah, dan lain-lain) maupun dalam bentuk non cetak (misalnya film, filmstrip, kaset, videocassette, dan lain-lain).
AECT menguraikan bahwa sumber belajar meliputi: pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan. Komponen-komponen sumber belajar yang digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar dapat dibedakan dengan dengan cara yaitu dilihat dari keberadaan sumber belajar yang direncanakan dan dimanfaatkan.
Sumber belajar yang sengaja direncanakan (by design) yaitu semua sumber belajar yang secara khusus telah dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. Sumber belajar karena dimanfaatkan (by utilization) yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, diaplikasi, dan digunakan untuk keperluan belajar (Setijadi, 1986:9).
Berdasarkan konsep-konsep di atas, sumber belajar pada dasarnya merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar (lingkungan). Dengan dikembangkannya di jaringan komputer memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis web, sehingga kemudian dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet, inilah makanya system e-learning dengan menggunakan internet disebut juga internet enabled learning. Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Informasi-informsai perkuliahan juga bisa real-time. Begitu pula dengan komunikasinya, meskipun tidak secara langsung tatap muka, tapi forum diskusi perkuliahan bisa dilakukan secara online dan real time.
System e-learning ini tidak memiliki batasan akses, inilah yang memungkinkan perkuliahan bisa dilakukan lebih banyak waktu. Kapanpun mahasiswa bisa mengakses system ini. Aktifitas perkuliahan ditawarkan untuk bisa melayani seperti perkuliahan biasa. Ada penyampaian materi berbentuk teks maupun hasil penyimpanan suara yang bisa di download, selain itu juga ada forum diskusi, bisa juga seorang dosen memberikan nilai, tugas dan pengumuman kepada mahasiswa. Dengan tersambungnya komputer pada  jaringan internet maka pembelajar akan mendapat pengalaman yang lebih luas. Pembelajar tidak hanya menjadi penerima yang pasif melainkan juga menjadi penentu pembelajaran bagi dirinya sendiri. Pembelajaran dengan komputer akan memberikan motivasi yang lebih tinggi karena komputer selalu dikaitkan dengan kesenangan, permainan dan kreativitas. Dengan demikian pembelajaran itu sendiri akan meningkat. Pembelajaran dengan komputer akan memberi kesempatan pada pembelajar untuk mendapat materi pembelajaran yang otentik dan dapat berinteraksi secara lebih luas. Pembelajaran pun menjadi lebih bersifat pribadi yang akan memenuhi kebutuhan strategi pembelajaran yang berbeda-beda.
Periode atau kecenderungan yang terakhir adalah pembelajaran dengan komputer yang integratif. Pembelajaran integratif memberi penekan pada pengintegrasian berbagai ketrampilan berbahasa, mendengarkan, berbicara, menulis dan membaca dan mengintegrasikan teknologi secara lebih penuh pada pembelajaran. Lee merumuskan paling sedikit ada delapan alasan pemakaian komputer sebagai media pembelajaran (Lee, 1996) Alasan-alasan itu adalah: pengalaman, motivasi, meningkatkan pembelajaran, materi yang otentik, interaksi yang lebih luas, lebih pribadi, tidak terpaku pada sumber tunggal, dan pemahaman global.
2.2.3 Aspek-aspek dalam e-learning
E-learning ditujukan untuk membantu pelajar mencapai tujuan belajarnya atau melakukan pekerjaannya. . Pendistribusiannya dapat dalam bentuk asynchronous yang didesain untuk belajar secara individu dan dalam synchronous yang didesain dengan bimbingan dari instruktur secara langsung. Aspek-aspek penting dalam e-learning meliputi;
a)    e-learning menciptakan solusi belajar formal dan informal. Salah satu kesalahan berpikir tentang e-learning adalah e-learning hanya menciptakan sistem belajar secara formal, seperti dalam bentuk kursus. Namun faktanya adalah saat ini 80% pembelajaran didapat secara informal. Banyak orang saat beraktivitas sehari-hari dan menghadapi suatu masalah membutuhkan solusi secepatnya. Dalam hal ini, e-learning haruslah memiliki karakteristik berikut:
a. just in time – tersedia untuk pengguna ketika mereka membutuhkannya untuk menyelesaikan tugasnya.
b. on-demand – tersedia setiap saat.
c. bite-sized – tersedia dalam ukuran yang kecil agar dapat digunakan secara cepat.
b)   e-learning menyediakan akses ke berbagai macam sumber pembelajaran baik itu konten ataupun manusia.
Kesalahan lainnya dalam berpikir tentang e-learning bahwa e-learning hanya membuat konten saja. Sebenarnya e-learning adalah sebuah aktivitas sosial. E-learning menyediakan pengalaman belajar yang kuat melalui komunitas online pengguna e-learning. Karena manusia adalah makhluk sosial, jadi ada banyak kesempatan untuk berkomunikasi, berkolaborasi, dan berbagi ilmu antara sesama pengguna e-learning.
c)    e-learning mendukung sekelompok orang atau grup untuk belajar bersama. e-learning bukan aktivitas individu saja, tetapi juga mendukung sekelompok orang atau grup untuk belajar bersama, baik untuk berkomunikasi, berkolaborasi, berbagi ilmu, dan membentuk sebuah komunitas online yang dapat dilakukan secara langsung (synchronous) atau tidak langsung (asynchronous).
d)   e-learning membawa pembelajaran kepada pelajar bukan pelajar ke pembelajaran. Bentuk pembelajaran tradisional bahwa pelajar harus pergi keluar untuk mencari pembelajaran mereka sendiri. Sedangkan Model e-learning disebut juga Pull Model of Learning .
Intranet, satelit, tape audio/video, TV interaktif dan CD-ROM adalah sebagian dari media elektronik yang digunakan Pengajaran boleh disampaikan secara ‘synchronously’ (pada waktu yang sama) ataupun ‘asynchronously’ (pada waktu yang berbeda). Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video. Ia juga harus me-nyediakan kemudahan untuk ‘discussion group’ dengan bantuan profesional dalam bidangnya.
Perbedaan Pembelajaran Tradisional dengan e-learning yaitu kelas ‘tradisional’ guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran ‘e-learning’ fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran e-learning’ akan ‘memaksa’ pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya.Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.








BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
a.   Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian survai, yang dipakai untuk tujuan eksplorasi. Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi tentang pemanfaatan internet sebagai sumber belajar oleh mahasiswa di Universitas Gunadharma. Penelitian ini berkaitan dengan objek penelitian yaitu pada perusahaan dengan kurun waktu tertentu dengan mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan perusahaan dan disesuaikan dengan tujuan penelitian.

b.   Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dan wilayah generalisasi penelitian ini adalah mahasiswa di Universitas Gunadharma yang meliputi mahasiswa angkatan 2002, 2003, 2004, dan 2005. Sampel penelitian diambil secara proporsional random sampling.

c.   Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data adalah teknik dokumentasi yaitu data dari website yang dikeluarkan oleh situs www.idx.co.id. Data yang dikumpulkan tersebut berupa laporan pembelajaran e-learning yang ada di Universitas Gunadharma untuk periode lima tahun terakhir yakni tahun 2004-2008.Yang dimana dalam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

d.   Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul akan dianalisis secara deskriptif dengan tabulasi dan persentase. Artinya data yang diperoleh di lapangan diolah sedemikian rupa sehingga memberikan data yang sistematis, faktual dan akurat mengenai permasalahan yang diteliti. Bagaimana tingkat penetrasi atau adopsi TIK di tingkat mahasiswa di Universitas Gunadharma untuk  tahun 2004-2008, dapat dilihat pada tabel berikut ini.


Indikator
Universitas
Gunadharma
Rata – rata
Rata – rata ITS
Total Telpon per 100 mahasiswa
34,87
44,92
60,04
Cellular Mobile per 100 mahasiswa
28,30
29,28
40,91
Main Telepon per 100 mahasiswa
6,57
15,81
19,39
Internet User per 100 mahasiswa
7,81
11,57
17,39
Broadband Subscriber per 100 mahasiswa
0,05
2,71
4,30
          Sumber : Ineternational Communiacation Union (2007)
         
Statistic tersebut di atas menunjukan bahwa untuk semua indikator TIK di atas,bahwa mahasiswa di kampus Universitas Gunadharma masih di bawah rata – rata ITS.  Sejauh ini transisi member perumpamaan yang sangat baik dalam menghadapi perkembangan TIK. Arus TIK telah masuk ke dalam dunia pendidikan . Hadirnya TIK disekolah , di ruang kelas, di rumah, bahkan dikamar tidur siswa, tidak lagi dapat di bending. Hadirnya TIK bukan lagi sebuah pilihan, kita memilih ataupun tidak , era TIK telah hadir.















BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Peserta uji coba terdiri dari 100 mahasiswa dengan responden mahasiswa yang pernah mengikuti perkuliahan Penganatar teori graf. Proses pelaksanaan  ujicoba di lakukan di sekitar kampus   gunadarma dengan pertimbangan di sekitar kampus memiliki lebar jalur data yang besar sehigga ketika membuka url  http://cai.elearning.gunadarma.ac.id/  dapat berjalan dengan lancar.
Instrumen lembar kuesioner yang digunakan untuk mengukur efektivitas, efisiensi dan daya tarik produk mengacu pada indikator-indikator yang dikembangkan oleh Hannafin dan Peck dan kusnandar yang dimodifikasi sedemikian rupa, disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Katagori dimensi penelitian ini meliputi  kualitas situs web, kualitas tampilan dam kualitas penyajian materi.
















Histogram Penilaian Kualitas Situs Web

Tabel 5.1
Skor  penilaian mahasiswa terhadap kualitas situs Web
NO.
Pertanyaan
rata-rata skor
skor median
1
Penamaan website mudah diingat
2.90
2.00
2
Pengaksesan website mudah
2.78
2.00
3
Penggunaan logo pada website
2.88
2.00
4
Penyajian teks dapat dibaca dan mudah dipahami
3.04
2.00
5
Penggunaan jenis dan ukuran huruf
2.72
2.00
6
Warna teks dengan latar belakang kontras
2.76
2.00
7
Fitur website ini dapat berfungsi dengan baik menggunakan browser Internet Explorer
3.08
2.00
8
Fitur website ini dapat berfungsi dengan baik menggunakan browser open source / Mozilla Firefox?
3.18
2.00
9
Kejelasan link dalam website ini
3.00
2.00
10
Pennyajian informasi pada website
2.94
2.00


2.93
2.00

Hasil evaluasi dari dimensi kualitas web mencerminkan penilaian kualitas situs web. Tabel diatas memperlihatkan bahwa hasil rata-rata skor aspek kualitas situs web 2,93 diatas atau disebelah kanan nilai media skala likert. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil evaluasi terhadap kualitas situs web menarik.
Uji coba terhadap program ini dilakukan terhadap 100 mahasiswa Universitas Gunadarma.Berdasarkan respon yang diberikan mereka, diperoleh rata – rata skor aspek kualitas tampilan sebesar 2.8 (tabel 1). Nilai ini berada diatas atau disebelah kanan nilai median skala linkert. Secara umum dapat dikatakan bahwa aspek kualitas tampilan ini bagus. Kejelasan petunjuk program dan kejelasan suara atau narasi dinilai paling baik diantara aspek lain.

Tabel 1. Skor penilaian Mahasiswa terhadap Kualitas Tampilan
No.
PERNYATAAN
Skor rata – rata
Skor median skala likert
1.
Kejelasan petunjuk penggunaan program
3.0
2.5
2.
Keterbatasan teks atau tulisan
2.9
2.5
3.
Kualitas tampilan gambar
2.7
2.5
4.
Sajian animasi
2.6
2.5
5.
Komposisi warna
2.8
2.5
6.
Kejelasan suara atau narasi
3.1
2.5
7.
Daya dukung music
2.5
2.5
Rata – rata skor
2.8
2.5


4.2 Internet dalam Kegiatan Belajar
Di Universitas Gunadarma, sebagian besar metode pengajaran yang dilakukan oleh dosen hanya berupa kuliah mimbar yaitu dosen hanya menjelaskan materi-materi diajarkan melalui ceramah didepan kelas. Hal ini menyebabkan metode belajar mahasiswa menjadi terbatas yaitu mahasiswa hanya duduk, diam, baca dan mendengar. Selain itu, media pembelajaran yang digunakan oleh dosen hanya berupa media transparansi yang ditampilkan dengan menggunakan Proyektor Transparansi (OHP) dan media cetak seperti buku dan fotocopy materi. Untuk sebagian mata kuliah terdapat materi-materi yang seharusnya dijelaskan dengan menggunakan gambar bergerak atau animasi. Dengan terbatasnya media pembelajaran, mahasiswa hanya bisa membayangkan bagaimana bentuk atau visualisasi dari materi tersebut secara abstrak.
Berbagai referensi, jurnal, maupun hasil penelitian yang dipublikasikan melalui internet tersedia dalam jumlah yang berlimpah. Para mahasiswa tidak lagi harus mengaduk-aduk buku di perpustakaan sebagai bahan untuk mengerjakan tugas-tugas kuliahnya. Cukup memanfaatkan search engine, materi-materi yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan cepat. Selain menghemat tenaga dan biaya dalam mencarinya, materi-materi yang dapat ditemui di internet cenderung lebih up to date. . Sedangkan komputer stand alone juga hanya sebatas penyampaian materi secara lebih interaktif dengan presentasi yang disertai dengan video dan gambar pendukung lainnya.
Sedangkan internet adalah alat bantu pembelajaran yang bersifat interaktif, karakteristik tersebut meliputi:
1. Informasi real time
2. Interaksi dosen-mahasiswa secara langsung walau tanpa tatap muka
3. Forum diskusi online antar mahasiswa
4. Dapat diakses kapan saja dan dimana saja
5. Penyampaian dan pengumpulan tugas secara online
6. Penyampaian pengumuman administrasi perkuliahan dan jadual secara online.
Metode-metode tersebut dapat dilakukan guru/dosen dengan model-model pembelajaran yang bervariasi sehingga mahasiswa semakin senang, tertarik untuk mempelajarinya sehingga proses pembelajaran tersebut menjadi pembelajaran yang bermakna. Dengan pembelajaran berbasis internet diharapkan mahasiswa akan terbiasa berpikir kritis dan mendorong mahasiswa untuk menjadi pembelajar otodidak. Mahasiswa juga akan terbiasa mencari berbagai informasi dari berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran ini juga mendidik siswa untuk bekerjasama dengan mahasiswa lain dalam kelompok kecil maupun tim. Satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya yaitu dengan pembelajaran berbasis internet pengetahuan dan wawasan mahasiswa berkembang, mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa, dengan demikian mutu pendidikan juga akan meningkat.Graf merupakan mata kuliah yang sebagian besar materi-materinya bersifat abstrak sehingga memerlukan penjelasan yang konkrit agar dapat dimengerti oleh mahasiswa. berisi . jika teks-teks tersebut ditampilkan dalam bentuk visual, animasi, atau video. Mahasiswa dapat dengan mudah memahami maksud dari materi tersebut karena proses penyampaiannya lebih menarik dan tidak membosankan.
Video  berbasis web merupakan salah satu media pembelajaran yang menggunakan media komputer sebagai alat penyaji informasi isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya dan dapat diakses oleh setiap orang dimanapun dan kapanpun dengan menggunakan saluran internet. Dalam media pembelajaran berbasis web, format penyajian pesan dan informasi dapat berupa tayangan statis maupun dinamis yang disertai animasi, audio, atau video.





BAB V
PENUTUP

A.   Simpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran internet dapat diterapkan di Perguruan Tinggi dengan beberapa metode pembelajaran (diskusi, inkuiri,e-learning, deskoveri, dan problem solving) serta menggunakan model pembelajaran yang dikemas sederhana, menarik, dan menyenangkan mahasiswa, sehingga pembelajarannya lebih bermakna.
Media pembelajaran berbasis web atau biasa disebut Web based Learning merupakan sesuatu media pembelajaran yang memanfaatkan komputer yang terkoneksi dengan internet sebagai alat bantu/perangkat yang menyajikan informasi, isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya berupa tutorial, drill and practice (latihan), simulasi, atau permainan instruksional yang disajikan dalam sebuah website. Dengan kata lain media pembelajaran berbasis web merupakan pengembangan dari pembelajaran dengan berbantuan komputer atau CAI yang disajikan dalam bentuk situs internet (website).
Dengan pembelajaran berbasis Internet mendidik mahasiswa untuk berpikir kritis, menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa, mendidik mahasiswa untuk belajar otodidak, dan meningkatkan hasil belajar siswa sehingga mampu meningkatkan mutu pendidikan.

B.   Saran
Para pendidik dan pihak-pihak yang terkait hendaknya mulai menyiapkan dan memperkenalkan pembelajaran berbasis internet ini kepada mahasiswa-nya, agar para mahasiswa siap menghadapi tantangan zaman dan dapat menerima perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dengan cepat.



DAFTAR PUSTAKA
Sidharta, L.1996. Internet: Informasi Bebas Hambatan 1. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.
Salomon. Interaction Of Media, Cognition, and Learning. San Fransisco, CA :
           Jossey-bass. 1977.Simonson Dan Thomson. Education Computing Foundation
           Columbus : Merril, 1994
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Pembuatan Multimedia  
            Pembelajaran Interaktif, Jakarta, 2007
Siribodhi, Tinsiri, ICT Tools For Learning Materials Development, UNESCO,
             Bangkok, 2000
Lesmono, D. dan Samopa, F. (2005), Perancangan Dan Pembuatan Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis Web Dengan Menggunakan ASP dan SQL Server: Studi Kasus Ruang Baca FTIF, Seminar Tugas akhir.
Rochaeti, E., Rahayuningsih, Pontjorini dan Yanti,G.P., (2006),  Sistem Informasi Manajemen Pendidikan”, Jakarta: Bumi Aksara.



Read More --►