Muhammad Hasan Basri

Laki-laki, 21 tahun

Lumajang, Indonesia

Banggalah pada dirimu sendiri, Meski ada yang tak Menyukai. Kadang mereka membenci karena Mereka tak mampu menjadi seperti dirimu.
::
Start
Windows 8 SM Zero
Shutdown

Navbar3

Search This Blog

Senin, 04 November 2013

Makna dari Kejadian 10 November

Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya, Jawa Timur. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.

Insiden di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya

Hotel Oranye di Surabaya tahun 1911.

Setelah munculnya maklumat pemerintah Indonesia tanggal 31 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Saka Merah Putih dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia, gerakan pengibaran bendera tersebut makin meluas ke segenap pelosok kota Surabaya. Klimaks gerakan pengibaran bendera di Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera di Yamato Hoteru / Hotel Yamato (bernama Oranje Hotel atau Hotel Oranye pada zaman kolonial, sekarang bernama Hotel Majapahit) di Jl. Tunjungan no. 65 Surabaya.
Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman pada sore hari tanggal 18 September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, hendak mengembalikan kekuasan kembali di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.





Tak lama setelah mengumpulnya massa di Hotel Yamato, Residen Soedirman, pejuang dan diplomat yang saat itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang masih diakui pemerintah Dai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai Residen Daerah Surabaya Pemerintah RI, datang melewati kerumunan massa lalu masuk ke hotel Yamato dikawal Sidik dan Hariyono. Sebagai perwakilan RI dia berunding dengan Mr. Ploegman dan kawan-kawannya dan meminta agar bendera Belanda segera diturunkan dari gedung Hotel Yamato. Dalam perundingan ini Ploegman menolak untuk menurunkan bendera Belanda dan menolak untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Perundingan berlangsung memanas, Ploegman mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan. Ploegman tewas dicekik oleh Sidik, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda yang berjaga-jaga dan mendengar letusan pistol Ploegman, sementara Soedirman dan Hariyono melarikan diri ke luar Hotel Yamato. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Soedirman kembali ke dalam hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersama Koesno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan mengereknya ke puncak tiang bendera kembali sebagai bendera Merah Putih.
Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada tanggal 27 Oktober 1945 meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara Inggris . Serangan-serangan kecil tersebut di kemudian hari berubah menjadi serangan umum yang banyak memakan korban jiwa di kedua belah pihak Indonesia dan Inggris, sebelum akhirnya Jenderal D.C. Hawthorn meminta bantuan Presiden Sukarno untuk meredakan situasi.

Nah, setelah membaca kisah diatas, betapa pengorbanan para pahlawan kita itu sungguh luar biasa bukan? nah pertanyanya, kini kita sudah merdeka berkat jasa pahlawan, lalu apa yang harus kita lakukan dalam mengisi kemerdekaan ini?. 
Jawabannya, tentunya kita harus bisa menghayati dan mengamalkan makna hari pahlawan itu bukan hanya sekedar seremonial belaka. Tetapi lebih dari itu, kita harus menjelma menjadi pahlawan-pahlawan baru dalam konteks kekiniaan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Bila dulu kita berperang dengan darah, maka saat ini kita harus bertarung melawan pembodohan, kesewenang-wenangan, dan menaklukan hawa nafsu yang membelenggu pada diri kita dan para pemimpin negeri ini.
Karena sesungguhnya bangsa ini masih membutuhkan banyak pahlawan untuk mewujudkan Indonesia yang damai, adil, demokratis, serta Indonesia yang bersih dan bebas dari segala macam bentuk korupsi. Mengapa kasus korupsi menjadi sorotan, karena memang penyakit ini sudah mencapai stadium terakhir. Bahkan selain melibatkan oknum pejabat, yang paling menyedihkan sudah mengikutsertakan para penegak hukumnya yang semestinya membrantas korupsi. Dan kita sangat membutuhkan orang-orang berani untuk memberantasnya. Maka dari itu, saat ini kita membutuhkan karekteristik seorang pahlawan yang jujur, pemberani dan rela melakukan apapun demi kebaikan dan kesejahteraan masyarakat banyak.
Lalu makna lain dari hari pahlawan ini, kita harus menjadi pahlawan untuk semua. Artinya, kita harus menjadi warga yang baik dan meningkatkan prestasi dalam kehidupan saat ini. Termasuk selalu mengobarkan semangat yang tidak pernah luntur seperti yang pernah diteladani para pendahulu kita. Slogan merdeka atau mati yang diiringi gema takbir “Allahu Akbar” yang dikumandangkan para pejuang muslim saat itu, harus diaplikasikan dalam perjalanan hidup dewasa ini. Sebab orasi yang dikomandani Bung Tomo pada pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, ternyata telah mampu mengobarkan semangat patrotisme dan kepahlawanan yang luar biasa. Kejadian ini yang pada akhirnya menjadi simbol nasional atas gagah beraninya bangsa ini, dalam melawan segala bentuk kolonialisme. Momentum inilah yang saat ini diperingati setiap tahunnya sebagai hari Pahlawan
Pada kesempatan ini juga saya mengucapkan selamat kepada Bung Karno dan Bung Hatta yang kini mendapatkan gelar pahlawan nasional. Dengan adanya gelar tersebut, tentunya ini menipis stigma yang melekat kepada Bung Karno yang diduga terlibat dalam pemberontakan pada masa itu.
Terlepas dari semua itu, kita menyadari bahwa manusia itu tidak ada yang sempurna. Pasti ada kelamahan dan kesalahan yang dibuatnya. Oleh karena itu, melalui momentum hari bersejarah ini, kita semua bisa memetik hikmah dari peristiwa heriok ini yang sudah barang tentu masih banyak makna lain yang belum tergali dalam tulisan ini. Mari saatnya kita melakukan intropeksi diri dan membenahi kualitas SDM kita, untuk menjadi sikap dan karakter seorang pahlawan bagi keluarga, lingkungan, masyarakat dan negara ini.


=> AYO INDONESIA KITA BISA <=

0 komentar: