Hari minggu lalu, sahabat Nesi bercerita mengunjungi
rumah mantan guru Sekolah Dasar (SD)-nya. (Eh, ada nggak ya istilah
mantan/bekas untuk bapak dan ibu guru kita?).
Bapak Hussein nama guru SD sahabat Nesi itu. Hmm.. asal kamu tahu
saja, mereka sudah tidak pernah bertemu lagi sejak lulus sekolah dasar
tahun 1989. Nah, bayangkan. Berapa lama guru dan murid ini tidak
bertemu? 20 tahun!
Sahabat Nesi yang bernama Kak Elda Pardede, membuat kumpulan foto
teman-teman sekelas dalam sebuah buku kecil yang dibuatnya dengan
telaten dan apik untuk dipersembahkan kepada Bapak Hussein sebagai rasa
bahagia, haru dan terima kasih yang tak terhingga kepada beliau.
Kak Elda juga membuat puisi untuk Bapak Hussein, guru tercinta. Ingin
tahu seperti apa puisi yang dibuat Kak Elda? Klik saja channel "Karya Kita
"
ya..
Bicara tentang guru, Nesi jadi ingat, hari ini, tepatnya tanggal 25
November, kan hari lahirnya perkumpulan guru indonesia, yaitu Persatuan
Guru Republik Indonesia.
Memangnya gimana, sih awal mula tanggal 25 November dijadikan sebagai Hari Guru Indonesia?
Sejarahnya
Begini ceritanya. PGRI atau Persatuan Guru Republik Indonesia lahir pada 25 November 1945. Awalnya, organisasi ini bernama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912. Lalu, pada tahun 1932, namanya berubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.
Begini ceritanya. PGRI atau Persatuan Guru Republik Indonesia lahir pada 25 November 1945. Awalnya, organisasi ini bernama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912. Lalu, pada tahun 1932, namanya berubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.
Persatuan Guru Hindia Belanda atau Persatuan Guru Indonesia ini
terdiri dari para guru bantu, guru desa, kepala sekolah, dan penilik
sekolah. Mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat.
Organisasi guru ini ternyata berkembang menjadi beberapa organisasi
lainnya, seperti organisasi guru bercorak keagamaan, kebangsaan, dan
lain-lain.
Sayangnya, pada masa penjajahan Jepang, semua organisasi dilarang,
sekolah ditutup, dan akhirnya Persatuan Guru Indonesia (PGI) tak bisa
lagi beraktivitas. Namun, setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya
melalui Proklamasi 17 Agustus 1945, PGI kembali berkiprah dan berhasil
mengadakan Kongres Guru Indonesia untuk yang pertama kalinya, tanggal
24-25 November 1945.
Kongres Guru Indonesia = Lahirnya PGRI
Melalaui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang
didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan
daerah, politik, agama, dan suku, sepakat dihapuskan.
adalah guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang aktif berjuang,
dan pegawai pendidikan bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di dalam kongres inilah, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
didirikan. Dan salah satu tujuannya adalah mempertinggi tingkat
pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan.
Dan sebagai penghormatan kepda guru, Pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional
yang diperingati setiap tahun.
Di Indonesia sendiri, jarang sekali memperingati Hari Guru Internasional
ini. Selain sudah memiliki Hari Pendidikan Nasional yang diperingati
setiap tanggal 2 Mei, belum banyak juga yang mengetahui Hari Guru
Internasional diperingati setiap tanggal 5 Oktober.
Di beberapa daerah, seperti Karesidenan Surakarta sendiri, peringatan
Hari Guru Internasional lebih diperingati dengan doa bersama. Di
Wonogiri sendiri akan diadakan doa bersama oleh sekitar 8.000 guru.
Sementara itu, dalam doanya, para anggota PGRI Wonogiri diminta untuk
mendoakan beberapa hal yang selama ini menjadi kendala yang dialami
pendidik. Di antaranya terkait kekurangan jumlah guru, perhitungan
syarat jam belajar yang sulit dipenuhi untuk beberapa guru, pencairan
tunjangan sertifikasi yang sering tidak lancar, dan banyaknya sistem
pendidikan yang harus dipenuhi guru sehingga membingungkan. Sedang di
Karanganyar, sekitar 10.000an guru akan berdoa dalam memperingati Hari
Guru Internasional ini. (berita; solopos.com)
Tentunya berdoa bersama tidak di satu tempat. Hal ini tentunya akan
menggangu Kegiatan Belajar-Mengajar hari Sabtu besok. Doa bersama
dilakukan tepat pukul 10 pagi selama 10 menit. Inti dari doa yang
dilakukan nanti tentunya berdoa atas kesejahteraan dan pendidikan yang
lebih baik untuk Indonesia.
Dengan semakin rumit dan kompleksnya sistem pendidikan di Indonesia,
selain mengajar guru-guru juga harus memahami rumitnya administrasi.
Coba lihat cara pengumpulan portofolio PLPG atau sertifikasi Guru Dalam
Jabatan. Belum lagi ketika mengurus insentif sertifikasi yang kadang
rumit dan cenderung tidak jelas turunnya. Belum lagi memahami kembali
Kurikulum 2013 yang semakin rumit.
Semoga ke depannya guru bisa kembali menjadi panutan. Menjadi pendidik
yang mengajarkan moral dan norma masyarakat. Guru yang menjadi panutan
yang baik. Guru yang akan tersenyum melihat anak didiknya sukses secara
finasial dan moral. Menjadi generasi yang membawa perubahan berarti bagi
negri.
Naaah.. Selamat Ulang Tahun, Bapak & Ibu Guru... kalian semua adalah "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar